Total Pageviews

Thursday, January 01, 2015

ASEAN Deep Learning Policy Series di Jakarta, 26-27 Nov 2014

ASEAN Deep Learning Policy Series di Jakarta, 26-27 Nov 2014

British Council dan Microsoft bekerjasama untuk mengadakan serangkaian dialog kebijakan di sejumlah negara Asia Tenggara dari bulan Agustus 2014 hingga Desember 2015. Dialog ini menyatukan pengalaman Microsoft menggunakan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dalam kegiatan belajar mengajar serta pengalaman British Council melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan sekolah untuk mendukung pengembangan konsep warga dunia (global citizenship). 
ASEAN Deep Learning Policy Series ini mengumpulkan para pengambil kebijakan dan praktisi dari Inggris dan negara-negara Asia Tenggara, untuk berdiskusi mengenai kebijakan dan praktek kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada Deep Learning Skills. 
Secara umum tujuan dari dialog ini adalah untuk saling bertukar pengetahuan dan informasi terkait pendidikan sekaligus sebagai wadah kolaborasi antara pengambil kebijakan dan para praktisi. Secara khusus tujuan kegiatan adalah: 
  • Memberikan informasi terbaru mengenai konsep serta praktek terbaik (best practice) kegiatan belajar mengajar yang sudah berjalan dan berfokus pada Deep Learning Skills di wilayah ASEAN dan Inggris
  • Menyediakan wadah kolaborasi antara para pengambil kebijakan dan praktisi untuk mendorong terbangunnya hubungan dan pertukaran informasi mengenai kebijakan dan praktek yang terkait dengan Deep Learning Skills
  • Memfasilitasi dialog yang akan menghasilkan rekomendasi untuk mendorong perluasan praktek proses belajar dan mengajar yang menggunakan pendekatan Deep Learning Skills di Indonesia

  3 TEMA UTAMA DALAM KEGIATAN DIALOG INI ADALAH: 

  • TIK dalam proses belajar mengajar 
  • Global citizenship – 21st century skills – perspektif dan kesiapan Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara ASEAN dan dunia 
  • Menanamkan pembangunan karakter dalam kegiatan belajar mengajar di dalam dan luar kelas 

MATERI PRESENTASI SESUAI DENGAN AGENDA KEGIATAN DAPAT DIUNDUH LEWAT BEBERAPA TAUTAN BERIKUT: 

Wednesday, December 31, 2014

Education UK Alumni of the Month : December 2014

Alumni of the Month, December, Barlin Kesuma


Barlin Hady Kesuma is a senior teacher and a newly appointed principal at SMP Negeri 4, a junior secondary school in Samarinda, East Kalimantan Indonesia with 1083 students and more than 70 teachers and supporting staff. A graduate of the University of Birmingham’s School of Education with a degree in International Education, he promotes global citizenship through collaborative school projects and mentoring some teachers. As School Online programme ambassador he actively involves in training a number of schools in two provinces - East Kalimantan and North Kalimantan, to establish partnerships with schools abroad via British Council’s School Online community forums.
Barlin chose to pursue his master and doctorate degrees at the University of Birmingham’s School of Education because the School has national and international standing as a centre of excellence for research in education which was recognised by consistently scoring high in the Research Assessment Exercise. He also recalled that the School provided wide and varied opportunities to undertake research programme that supported his growth of research skills and build on subject knowledge
During his stay in UK, he enjoyed mostly its friendly and supportive atmosphere of the people in the UK. For the first time in his life, he lived far away from his family for pursuing his degree in UK, but he did not feel insecure, thanks to finding new Indonesian community in Birmingham, West Midlands. In the small community of 80 Indonesians, Barlin gained a strong friendship and cooperation among students and Indonesian expatriates in Birmingham. They lived, supported each other and felt warm togetherness, as they often organised some activities and gatherings in a regular basis. 
Five years after his return to Indonesia, he was appointed as a head teacher in one of the largest state-funding schools in the City of Samarinda. Barlin concurs his UK degrees (master and doctorate in Education) have played an important role for his career because he managed to compete with other strong and senior candidates across the city to get the post. His UK education and experience background has supported him with fresh knowledge and ideas that helped him do well in his previous posts. 
As he recalled his life in the UK, Barlin said although his university is located in Edgbaston, he chose to live in an area called Aston, which is about 1 hour if traveling by buses to the campus, because Aston has a big stadium, home for a Premiership football club named Aston Villa. Living by a big stadium gave him precious experience since he is a big fan of English football Premiership since he was younger. In Aston, he learned to live with people from many different races, ethnics, religions and countries who could live in a perfect harmony. Barlin concludes his story by encouraging other Indonesians to study in the UK and embrace its multiculturalism as the experience has given him a valuable insight on how the unity in diversity is practiced in a country outside the beloved country, Indonesia.
http://www.educationuk.org/indonesia/articles/alumni-of-the-month-december-barlin-kesuma-phd-birmingham/

Wednesday, December 03, 2014

Berita Konfrensi ASEAN DEEP LEARNING POLICIES SERIES 26-27 November di Jakarta


TIK Menembus Batas Kelas


Harian Kompas, halaman 11
Efisiensi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menunjang berjalannya pendidikan secara maksimal. Proses belajar kini tidak lagi terikat pada ruang kelas. Melalui dunia maya, siswa bisa terhubung kepada berbagai sekolah di dunia sehingga pengajaran keterampilan, karakter, dan kemampuan menjadi manusia global bisa diterapkan.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hamid Muhammad mengatakan, tenaga pendidik perlu diajarkan cara mengefisiensikan teknologi sehingga mereka bisa memaksimalkan krestivitas untuk bisa memberikan pendidikan yang mendalam kepada para siswa.
Salah satu provinsi yang menerapkan TIK secara efisien untuk digunakan dalam proses belajar mengajar adalah Provinsi Kalimantan Timur. Di provinsi tersebut, sepuluh SMP, antara lain SMPN 4 Samarinda, SMPN 12 Samarinda, dan SMP Kesatuan, memanfaatkan seluas-luasnya dunia maya untuk menambah ilmu.
Kepala Sekolah SMPN 4 Barlin Hady Kesuma menuturkan, ketika memulai pengefisienan penggunaan TIK pada 2011, sekolahnya hanya memiliki tiga komputer dengan koneksi internet yang lamban. Akan tetapi niat itu tidak menyurutkan niatnya dan siswa untuk berhubungan dengan dunia global.
Program efisiensi TIK itu merupakan hasil kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan British Council dan Microsoft. Caranya, Microsoft mengumpulkan guru-guru untuk diberi bimbingan teknologi selama dua hari hingga enam hari.

Thursday, September 18, 2014

Barlin : "Saya Tidak Minta Jabatan".

Berita Kaltimpost hari Kamis, tanggal 18/09/2014 Halaman Metropolis :

Seminggu ini berita Kaltimpost dipenuhi berita polemik pengangkatan 133 Kepsek SD, SMP, SMA dan SMK di Samarinda oleh Pemkot Samarinda yang dipermasalahkan oleh Lembaga Pengaduan Rakyat (LPR). Dan sebagai salah satu nama Kepsek yang dipermasalahkan karena belum mengikuti program LPPKS, maka saya pun menerima permintaan wawancara dari wartawan Kaltimpost dan menjelaskan pendapat saya seperti yang di kutip diatas.

 -----

Saya Tak Minta Jabatan

Kisruh Mutasi Kepala Sekolah
SAMARINDA | Kamis, 18 September 2014
SAMARINDA - Kepala sekolah (kepsek) yang diangkat tanpa sertifikasi Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS), Barlin Hady Kesuma, menanggapi santai soal namanya yang disebut-sebut Lembaga Pengaduan Rakyat (LPR) Kaltim tak memenuhi syarat menjadi kepsek.
Barlin mengatakan, dirinya sebagai PNS harus siap ditempatkan di mana saja oleh Pemkot. Sebab, jabatan yang sekarang diembannya itu bukanlah permintaan dirinya. “Saya tidak pernah meminta-minta jabatan ke Pemkot,” ujar Barlin yang kini menjabat Kepala SMP 4 Samarinda. Ia pun tidak mengetahui mengapa Pemkot memilih dirinya sebagai kepala sekolah. Meski begitu, ia mengatakan biar masyarakat yang menilai latar belakang dirinya. “Supaya lebih fair silakan lihat profil saya di internet. Ketik nama saya,” ujar PNS golongan III/D itu.
Ia juga menegaskan bahwa memiliki banyak pengalaman di dunia pendidikan. Misalnya, ia kerap dipercaya sebagai narasumber di beberapa gelaran Kementerian Pendidikan. Selain itu, ia pernah menjadi penilai kinerja guru dan kepala sekolah se-Indonesia. Barlin pun membantah jika dirinya dekat dengan pemkot. Bahkan ia mengaku tidak mengenal pejabat di Balai Kota itu.
Disinggung mengenai gugatan yang dilayangkan LPR Kaltim, ia menyerahkan sepenuhnya kepada pemkot. “Saya hanya menjalankan tugas. Tidak masalah soal gugatan itu. Saya tidak ada beban,” kata pria berkacamata itu. Terkait LPPKS, ia berjanji secepatnya ikut sertifikasi LPPKS, mengingat hal itu merupakan syarat menjadi kepala sekolah.
“Pemkot masih memberi waktu saya untuk ikut LPPKS hingga 2016. Jika ada kuota, saya pasti ikut,” ujar dia. Dirinya pun menjamin tidak akan ada pungutan liar di sekolah yang akan dipimpinnya itu. Bahkan, ia akan memaksimalkan sumber daya yang ada di sana untuk menekan biaya pendidikan di sekolah di Jalan Juanda itu.
Diberitakan kemarin, rotasi kepsek di Samarinda masuk ranah hukum. Selasa (16/9), LPR Kaltim mendaftarkan gugatan mereka ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). LPR menilai Pemkot Samarinda menyalahi aturan dalam penugasan guru sebagai kepsek.  “Sudah kami daftar di PTUN dengan nomor 144. Diterima oleh Rahmat Hidayat (dari PTUN),” ujar Ketua LPR Didik Setiyawan, kemarin.  Kata dia, pemkot tak mengindahkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.
Kata dia, meski Disdik Samarinda berdalih kepsek yang baru diangkat dipilih karena memiliki kompetensi, Disdik tidak boleh mengacuhkan Peraturan Menteri. Dia menyebut setidaknya ada empat kepsek yang diangkat belum memenuhi persyaratan seperti tertuang dalam peraturan menteri. Seperti mengikuti sertifikasi LPPKS. (*/hdd/far/k8)
 http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/99616-saya-tak-minta-jabatan
---

Tuesday, August 26, 2014

Pengalaman Mengikuti Kegiatan Konferensi di Hanoi, Vietnam

ASEAN POLICY DIALOGUE THEMED EMPOWER STUDENTS WITH 21ST CENTURY DEEP LEARNING SKILLS

Graham Norris HMI
Assistant Director (Curriculum, learning, teaching, assessment)

Guiding Principle :

"The poorest performing education systems of the 21st century will not only be those that cannot change, but also those that fail to involve everyone who has a stake in education in guiding the innovation which drives positive change".

Creating:
- Generating new ideas, products, or ways of viewing things
- Designing, constructing, planning, producing, inventing
Evaluating:
- Justifying a decision or course of action
- Checking, hypothesising, critiquing, experimenting, judging
Analysing:
- Breaking information into parts to explore understandings and relationships
- Comparing, organising, deconstructing, interrogating, finding
Applying:
- Using information in another familiar situation
- Implementing, carrying out, using, executing
Understanding:
- Explaining ideas or concepts Interpreting, summarising, paraphrasing, classifying, explaining
Remembering:
- Recalling information
- Recognising, listing, describing, retrieving, naming, finding


How well are we doing ? 


Creativity and innovation

Learning and teaching

Achievement and attainment

Inequity in educational outcomes

Assessment

Educational leadership

Learning for sustainability and global citizenship

Learning through technology




This is my Presentation :
http://www.britishcouncil.vn/sites/britishcouncil.vn/files/5.2_panel_global_citizens_-_barlin_kesuma_idn_en.pdf


Wednesday, September 11, 2013

Menyambut Pilgub Kaltim 10 September 2013


Tanggal 10 September besok rakyat Kaltim akan memberikan suara dalam perhelatan akbar Pilkada Gubernur Kaltim. Ketiga pasangan kandidat calon yang bertarung telah selesai melakukan kampanye yang melelahkan diseluruh tempat, dan bahkan rakyat bisa langsung melihat acara debat antar kandidat di televisi (TV One dan Metro TV). Sayangnya dari dua kali penampilan di acara debat langsung tersebut rakyat  dapat melihat bahwa ketiga pasangan calon Kaltim 1 dan 2 tersebut hanya memiliki visi dan misi yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Ketiganya juga menawarkan program-program yang nyaris sama, dibungkus dengan kemasan yang hampir seragam pula. Tidak ada yang benar-benar punya program yang “berani” tampil beda dan benar-benar “cerdas” membawa Kaltim yang benar-benar baru. Semua kandidat lebih “memilih” untuk hanya bermain “aman” dan tak berani keluar dari pakem (out of box) kepatutan yang ada.
Apa dampak dari banyaknya “kesamaan” atau “kesegaraman” tersebut ? Tentu saja berdampak dari ‘akan tingginya’ angka golput dalam Pilkada nanti. Mengapa saya meramalkan bahwa suara Golput akan naik ? Karena masyarakat pemilih akan merasa bahwa dari ketiga pasangan tersebut tidak ada yang benar-benar akan berani, yaitu mewakili aspirasi mereka dan dapat memberi arah navigasi atau arah pembangunan yang benar-benar baru. Ingat bahwa 60 % calon pemilih dalam Pilkada ini adalah orang-orang berusia muda. Mereka yang muda ini tentu lebih tertarik dengan calon-calon pemimpin yang benar-benar energik, berani mengambil resiko dan mau bekerja keras untuk “mewujudkan impian” seperti mereka. Pemimpin yang aspiratif sekaligus inspiratif serta bisa menjadi ‘role model’ atau panutan bagi mereka itu justru tidak hadir atau “absen” dalam kontestansi 2013 ini. Jika tidak ada harapan baru atau new hope yang diperlu didukung dan dipilih maka akankah hati mereka tergerak untuk memberikan suaranya ?
Sejarah menunjukan, ketika Barack Obama (2008) dan Jokowi (2012) maju untuk memenangi kontestansi politik mereka, mereka maju dengan berhasil mempersonifikasikan diri mereka sebagai “harapan” atau hope bagi para calon pemilih. Mereka berhasil tampil sebagai Black Swan (angsa hitam) yang berbeda dari semua pilihan (baca: angsa-angsa putih) yang pada waktu itu ada (Barack Obama menumbangkan George W Bush yang “haus perang” di Timteng dan Jokowi mengalahkan Foke yang “gagal” mengatasi kesemerawutan Jakarta). Mereka juga berhasil membuat para calon pemilih, bahkan yang biasanya golput, untuk terketuk kembali semangatnya untuk memilih dan berbondong-bondong pergi ke TPS dan memberikan suaranya. Bagi pemilihnya, Obama dan Jokowi adalah benar-benar harapan yang didambakan dan dipercaya untuk menerima “wahyu” untuk melakukan perubahan yang diinginkan oleh rakyat.
Berkaca pada Pilkada Kaltim sebelumnya tahun 2008, jumlah angka Golput (pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya) mencapai 900 ribuan atau 42 %, sementara yang menggunakan hak pilihnya “hanya” 1,3 juta orang.  Artinya yang pemimpin terpilih saat itu (memenangkan sekitar 57 % suara yang masuk) sesungguhnya hanyalah di dukung oleh atau mewakili minoritas rakyat. Minoritas yang memimpin mayoritas itulah hasil terbaik oleh praktek demokrasi Pilkada tahun 2008 kita yang menghabiskan puluhan milyar uang rakyat Kaltim tersebut.
Setelah tanggal 10 September nanti kita akan tahu bagaimanakah “bunyi” suara rakyat Kaltim sebenarnya. Jika jumlah pemilih yang golput meningkat, maka berarti “hope” benar-benar terkubur. Jika suara Golput mendekati 40-50 % maka sesungguhnya rakyat Kaltim sedang “menghukum” partai-partai politik di Kaltim yang telah “gagal”, tidak aspiratif dan egois dalam menghadirkan calon-calon pemimpin yang benar-benar di inginkan rakyat Kaltim. Karena sesungguhnya berpartai politik adalah wahana atau alat untuk mewujudkan harapan-harapan rakyat, bukan sekadar alat untuk berkuasa untuk memuaskan ego manusia semata.
Saya berharap semoga semua analisis saya diatas salah dan jumlah golput hanya 10 % alias bisa diabaikan. Dan saya berharap pemimpin terpilih nanti benar-benar mampu bermetamorfosis menjadi pemimpin harapan baru Kaltim yang benar-benar merangkul keseluruhan rakyat Kaltim, baik yang memilih maupun yang tidak mencoblos gambarnya.  Saya berharap tanggal 10 September nanti rakyat Kaltim benar-benar “berpesta demokrasi” demi mewujudkan perubahan Kaltim yang luar biasa. Semoga !!
Samarinda, 8 September 2013   

--
Inilah hasil Pilkada yang saya peroleh pada 11 September

 Quick count data masuk 98.33% afi/mukmin 42.49 % (649.437 suara) farid/sofyan 20.78 % (317.611 suara) imdaad/ipong 36.73 % (561.399 suara) Voter Turns Out (pemilih yg menggunakan hak pilih 54.71 % (1.528.449 suara) pemilih yang tidak menggunakan hak pilih 45.29 % 1.265.279 suara) DPT Pilgub Kaltim 2013 : 2.793.729 orang pemilih

 http://kaltimpost.co.id/berita/detail/29706/suara-golput-suara-rakyat.html


SAMARINDA - Lagi dan lagi, suara golongan putih (golput) dan kelompok yang tak bisa memberikan suara unggul telak dari perolehan pasangan calon. Dari perkiraan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), jumlah kelompok abstain mencapai dua kali lipat dari penduduk yang memilih Awang Faroek Ishak-Mukmin Faisyal.

Dalam hitung cepat pemungutan suara kemarin (10/9), angka golput mencapai 45,29 persen atau sekitar 1,26 juta orang tak memakai hak pilih. Dengan demikian, kenduri demokrasi hanya diikuti 1,52 juta rakyat Kaltim. Dari 1,52 juta suara, sebanyak 42,49 persen atau sekitar 695 ribu orang memilih Faroek-Mukmin, hanya setengah dibanding suara golput.

Di samping itu, angka golput kali ini adalah yang tertinggi dalam rangkaian pemilu selama era reformasi. Sebelumnya, suara golput tertinggi adalah putaran pertama Pilgub 2008 dengan 43,3 persen.

Monday, October 29, 2012

Pengalaman Mengikuti Seminar ICT di Korea Selatan


Pada 9 – 11 Oktober 2012 yang lalu saya berkesempatan mengikuti seminar regional Asia Pasific bertema Innovative ICT Practices in Teaching and Learning di Seoul, Korea Selatan. Bersama 2 orang guru, 1 orang pengawas dan 2 orang kepala sekolah, kami berenam mengikuti program yang dibiayai oleh British Council, Unesco (Bangkok) dan SK telecom (Korsel) tersebut di Sejong Hotel, Seoul, ibukota Korsel.

Innovatice ICT Practices in Teaching and Learning, Seoul, Korea.

Prof Cho
Acara pembukaan dibuka resmi oleh Direktur UNESCO Bangkok, Gwang-Jo Kim. Dalam sambutan Gwang menggaris bawahi fakta bahwa banyak negara-negara yang menginvestasikan dana besar untuk melengkapi sekolah-sekolah mereka dengan peralatan ICT yang bertujuan mendukung terlaksananya pembelajaran. Selain penting untuk berinvestasi pada bidang infrastruktur seperti peralatan ICT tersebut, perlu pula dilakukan program pengembangan profesionalitas guru seperti melengkapi guru dengan pengetahuan dan keterampilan menggunakan peralatan ICT untuk mendukung kegiatan pedagogy serta meningkatkan pengalaman belajar siswa di dalam kelas. Selain itu juga dipesankan bahwa pendidikan yang berkualitas sangatlah bergantung pada kompetensi, motivasi dan dedikasi dari semua guru.

Sementara itu Roland Davis, Direktur British Council Korea, memuji kerja keras dan semangat para guru yang memasuki abad ke 21 telah mempersiapkan diri mereka dengan keterampilan dan pengetahuan baru yang dibutuhkan oleh siswa, salah satunya penguasaan kemampuan menggunakan ICT dalam pembelajaran. Untuk itu Roland menghimbau agar semakin terintegrasinya sistem kurikulum dengan pedagogi (metode mengajar dan belajar) dan hal-hal yang mendukung pembelajaran lainnya dengan cara menggunakan teknologi ICT.  

Monday, December 26, 2011

CATATAN AKHIR TAHUN 2011: MASALAH ANGGARAN DAN GURU MASIH MENDOMINASI

Oleh Barlin Hady Kesuma (Praktisi pendidikan, Akademisi pada IKIP PGRI Kaltim dan Widya Gama Mahakam Samarinda, Sekretaris Umum Ikatan Guru Indonesia kota Samarinda).
http://kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=121481
 
Jum'at, 30 Desember 2011 , 06:52:00

 
Catatan ini berasal dari unek-unek. Perlu dibaca dengan pikiran dingin dan hati yang terbuka, jauh dari apriori dan prasangka, agar bisa diambil hikmah dalam memandang tantangan dunia pendidikan ke depan.  Khususnya di Samarinda.

TAHUN 2011, dunia pendidikan di Samarinda penuh dengan dinamika. Ada hal-hal positif yang membuat kita berbahagia, ada pula ketidakberhasilan yang membuat mengurut dada. Berbicara soal prestasi pendidikan Kota Tepian tahun ini, kita patut bangga pada SMP 10 yang dinobatkan sebagai Sekolah Sobat Bumi dari Pertamina Foundation. Juga SD 021 Sungai Kunjang yang meraih Olimpiade UKS, SMA 8 mendapat Adiwiyata Pratama, dan kepala SMP 21 menyabet juara III guru berprestasi nasional.

Namun adapula berita-berita dari media yang membuat kita menjadi sedih.  Seperti masalah banyaknya bangunan sekolah yang rusak, macetnya pencairan dana bantuan operasional sekolah, serta maraknya narkoba, game online, dan tindakan asusila di kalangan pelajar. Tapi, soal anggaran dan problematik guru agaknya masih menjadi topik hangat yang lebih menonjol dibandingkan masalah pendidikan lainnya.

Siapapun tahu bahwa APBD Samarinda tahun 2009 hingga 2013 akan terserap untung membayar utang. Utang-utang pembangunan yang harus dibayar sebagai bagian multi years project, yang tak disadari sebelumnya ternyata mendatangkan dampak negatif;  menyandera dan mengurangi kemampuan pemkot untuk berinvestasi pada anggaran pro rakyat (public spending), terutama untuk pendidikan dan kesehatan.
Dengan motto pendidikan murah dan berkeadilan yang diusung duet Syaharie Jaang-Nusirwan Ismail, terkandung makna bahwa pemkot mendukung penyelenggaraan pendidikan yang berpihak kepada masyarakat kecil dan berekonomi lemah.


Monday, August 29, 2011

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H


تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّ وَ مِنْكُمْ صِيَمَنَا وَ صِيَمَكُمْ كُلُّ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H

♏ȋ̝̊ηαℓ αȋ̝̊ϑzȋ̝̊η ωαℓ fαȋ̝̊ϑzȋ̝̊η

♍öЂöN ♍ƏƏF £ƏЂΐЯ ϑƏN ßƏTΐN

Sunday, July 31, 2011

Pengalaman Sertifikasi Guru di US & Inggris



Tidak hanya di Indonesia, di Negara maju juga ada yang namanya sertifikasi guru. Di AS, untuk mendapatkan sertifikasi guru, guru perlu mengikuti yang namanya Praxis Test. Test yang menguji guru berdasarkan tingkat penguasaan materi pelajaran yang di ampunya, jadi guru Matematika di tes Matematika, guru bahasa Inggris di tes bahasa Inggris. 

Sayangnya ‘sertifikasi guru’ ini hanya dipergunakan untuk tujuan akuntabilitas publik: so, ‘jika tidak lulus, tidak berarti guru tidak dapat mengajar (atau dihentikan mengajar sampai dia lulus tes)’. Tidak ada punishment seperti guru mesti berhenti mengajar, sampai dia mampu membuktikan kalau dia bisa lulus test. Hasilnya, pada bulan November 2004 diseluruh negeri Paman Sam - Amerika Serikat, 25 % atau seperempat guru gagal dalam test. Bahkan di salah satu Negara bagian Philadelphia, 50 % atau setengah guru yang ikut test hasilnya: gagal. Suatu hasil yang cukup menyeramkan tentu bagi Negara yang menjadi banyak panutan di Negara-negara maju dan berkembang lainnya.

Namun para kritikus Negara ini justru menyampaikan bahwa dari hasil guru yang sudah lulus, tidak berarti guru tersebut dapat mengajar kelas atau level apa saja. Artinya, guru SD yang lulus test Praxis tidak serta merta berarti bisa atau diperbolehkan mengajar di SMP, SMA/SMK atau pada level yang lebih tinggi.
Hal ini tentu masuk akal, mengingat untuk menjadi guru yang baik, tentu tidak hanya kompetensi intelligence-nya yang perlu diperhatikan, tapi kompetensi-kompetensi lainnya, seperti pedagogic, social dan prilakunya. Tetapi tentu aspek penguasaan materi secara benar tentu sangat penting untuk membantu siswa sukses dalam belajar. Analoginya, kalo gurunya sendiri nggak bisa mengerjakan perkalian, bagaimana bisa mengajar perkalian kepada siswa, ya khan?

Menyoal Uji Kompetensi Guru di Kalimantan Timur

Pada hari senin tanggal 18 Juli Juni yang lalu, Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim bekerja sama dengan Puspendik Jakarta mengadakan test kompetensi guru se- Kaltim. Koran Tribun Kaltim yang saya baca memberitakan bahwa sekitar 6000 guru (1.111 orang diantaranya berasal dari Samarinda) tingkat SD, SMP, SMA/SMK di 14 kabupaten/kota yang ada di Kaltim mengikuti kegiatan tersebut. Jika ada 50.000 guru yang ada di Kaltim, maka ini berarti 12 % dari total guru turut serta. 

Adapun materi “Ujian” bagi guru Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPS adalah 2 jam test penguasaan materi mata pelajaran, dan 30 menit test kepribadian.  

"Uji kompetensi ini untuk mengetahui kompetensi guru-guru di Kaltim. Setelah diuji, maka akan lebih mudah untuk meningkatkan kompetensi para guru," demikian kata Musyahrim, Kadis Pendidikan Kaltim, yang dikutip oleh Tribun Kaltim.

Besar harapan – baik dari masyarakat maupun dari kalangan guru sendiri - agar kegiatan “Uji Kompetensi” ini benar-benar akan mampu meningkatkan  kualitas para pendidik yang berada di Kaltim. Bukan tanpa tindak lanjut alias sia-sia belaka. Sebenarnya hampir setiap tahun kegiatan semacam Uji Kompetensi ini dilakukan di Kaltim, baik itu dilakukan oleh pemerintah kota, provinsi atau pun pusat, tetapi sangat jarang – jika tidak sama sekali - hasil dari kegiatan tersebut dipublikasi kepada publik, termasuk memberi feedback kepada para guru yang telah mengikutinya.

Saturday, March 19, 2011

Connecting Classroom Online

ISSN (Islamic School Support Network) at MAN 3 Malang (Nov 2010)
Connecting Classroom Online (CCO) Ambassador Training at Kuching, Malaysia (March 2010)


ISSN and CCO meeting at Jakarta (October 2010)
CCO Training Kaltim at Balikpapan, March 2011




Monday, January 31, 2011

Soal-soal Try-out Bahasa Inggris Kelas 3 SMP (pra UN 2014)

Bagi para guru dan siswa SMP/ MTs yang sedang mempersiapkan ujian nasional pada bulan April 2014 mendatang, silahkan menggunakan file-file berikut untuk latihan/Tryout persiapan ujian nasional.

Oh ya, jangan lupa tinggalkan komen atau tanggapan setelahnya ya?

File untuk download persiapan UN Bahasa Inggris 2014 :
Prediksi UN : 
http://www.4shared.com/file/SKUK7ushce/Prediksi_UN_BAHASA_INGGRIS_201.html 

Kisi -kisi :
http://www.4shared.com/file/MYrr7EDNba/Kisi-Kisi-SoalPengayaan-BING-P.html 
http://www.4shared.com/file/ZZHz5I_Mce/Kisi-kisi-soal-pengayaan-BING-.html
http://www.4shared.com/file/g27ED1Wpba/Kisi-kisi_Soal_Pengayaan_BING_.html

Soal pengayaan :
http://www.4shared.com/file/HBWdGgQGba/Soal_Pengayaan_BING_Paket_1-FI.html
http://www.4shared.com/file/wjqW4nLwce/Soal_PengayaanBING_Paket_2-FIN.html http://www.4shared.com/file/166m8uShce/Soal_Pengayaan_BING_Paket_3-FI.html

http://www.ziddu.com/download/13620213/SIMULASIPERTAMAakhir.docx.html
http://www.ziddu.com/download/13704222/SOALPAKETATDSMKSINGGRIS.doc.html
http://www.ziddu.com/download/13704392/TryOutSklh2A.doc.html


Friday, December 03, 2010

GURU SEJAHTERA: KRITERIA DAN TANTANGAN ORGANISASI PROFESI GURU

GURU SEJAHTERA: KRITERIA DAN TANTANGAN ORGANISASI PROFESI GURU
Barlin Hady Kesuma *)



Meskipun kita sudah memperingati hari PGRI yang ke 65, tetapi masih banyak suara-suara yang mengatakan bahwa profesi guru masih jauh dari sejahtera. Pada saat awal berdirinya organisasi PGRI, posisi guru berada pada tempat yang terhormat di tengah masyarakat. Namun justru setelah kita memasuki era pembangunan, oleh pemerintah Orde Baru, profesi guru menjadi terpinggirkan. Untuk itu sudah sepantasnya kini organisasi guru tertua di Indonesia mengupayakan kembalinya status guru menjadi profesi yang strategis dan terhormat kembali.

Mengkaji pada pemilihan tema peringatan HUT PGRI ke-65 dan Hari Guru Nasional ke -17 tahun ini yaitu pada tema Memacu Peran Strategis Guru dalam Mewujudkan Guru yang Professional, Bermartabat, dan Sejahtera, dengan sub temanya : meningkatkan Professionalisme, Kesejahteraan, dan Perlindungan Guru melalui Organisasi Guru yang Kuat dan Bermartabat, saya tertarik untuk menambah perbendaharaan diskusi yang berkenaan Guru Sejahtera: kriteria di Indonesia, serta peran organisasi profesi sesuai dengan subtema diatas.

Meskipun istilah guru sejahtera sudah tidak asing lagi, namun diskusi tentang apakah kriteria guru sejahtera itu masih jarang minim, sehingga tema guru sejahtera menjadi sangat abstrak, misalnya dalam menjawab pertanyaan seperti: Sudah adakah guru di Indonesia yang dikategorikan sebagai guru sejahtera? Jika memang ada, bagaimanakah kriteria guru Indonesia yang sejahtera tersebut? Dan jikalau guru-guru Indonesia dimungkinkan mencapai tingkat kesejahteraan tertentu, bagaimanakah guru di Indonesia dapat mencapai kesejahteraanya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan sebahagian dari beberapa pertanyaan yang muncul ketika kita berbicara tentang guru yang sejahtera di Indonesia.

Saturday, November 13, 2010

Management of Change: Mengajar di Sekolah 'Pinggiran'



Kaltimpost, Sabtu, 13 November 2010


ENJOY: Walau mengajar di sekolah pinggiran, Barlin Hady Kesuma mengaku lebih enjoy.(faroq zamzani/kp)
Cinta pertama Barlin Hady Kesuma tertanam di SMP 12 Samarinda. 
Sekolah menengah pertama di pinggir kota. Kemapanan hidup di Inggris, 
tak menggodanya untuk berlama-lama di negara yang warganya “memuja” 
sepak bola.   
KINI Barlin tak lagi bisa menyaksikan langsung klub favoritnya Aston Villa 
kala berlaga di markasnya yang hanya berjarak beberapa meter dari 
rumahnya di Birmingham, Inggris. Salaman dengan Michael Owen, 
pemain gaek yang kini bergabung di Manchaster United pun hanya jadi 
sebuah cerita manis ketika di Inggris. Tawaran gaji GBP 40 ribu per tahun 
sebagai peneliti dan pengajar di Sixth Form College, Solihull, Inggris, yang 
dulu pernah disodorkan kepadanya, kini hanya ada di bayang-bayang.

Ayah dua anak itu memilih meninggalkan “kemewahan” itu untuk memilih 

kembali ke Samarinda. Kembali ke tanah kelahirannya. Kembali untuk bisa 
mengabdi untuk bangsa dan negaranya. Kembali untuk memperbaiki dunia 
pendidikan Indonesia yang menurutnya masih carut-marut. Walau kembalinya 
dia dan keluarganya itu harus menanggung setumpuk konsekuensi. Harus 
mau hidup pas-pasan. Mengajar di sekolah pinggiran. Gaji pokok guru yang 
sudah habis sebelum akhir bulan. Dan lainnya, dan lainnya, dan lainnya.

“Waktu saya mau kembali ke Indonesia, kawan-kawan saya di Inggris 

banyak yang menyesalkan. Mereka bilang di Indonesia masih belum jelas. 
Apa mau meninggalkan kehidupan yang sudah mapan di Inggris. Sudah 
ada mobil dan rumah. Kalau pulang, kata teman saya, gelar tak akan 
dihargai,” kata Barlin, panjang menjelaskan desakan kawan-kawan 
senegaranya di Inggris.


Sunday, November 07, 2010

Profesi Guru Bergeser: Hanya Mengajar, Tak Lagi Mendidik

Senin, 1 November 2010

Profesi Guru Bergeser

Hanya Mengajar, Tak Lagi Mendidik

PROFESI guru semakin dipertanyakan. Guru yang setianya dikenal sebagai pendidik, semakin kehilangan jati diri. Itulah yang diungkapkan Sekretaris Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kota Samarinda, DR Barlin Hadi Kesuma SPd Med.
"Cobalah, kita bertanya pada orangtua kita dahulu. Betapa mulianya profesi guru. Tapi, sekarang terjadi pergeseran profesi guru. Saat ini, guru hanya mengajar bukan lagi sebagai pendidik. Maka, kita jangan heran apabila guru tidak lagi dihormati siswa," ungkap Barlin.
Menurutnya, untuk menyelesaikan masalah pendidikan, tidak bisa diselesaikan satu pihak. Untuk itu, yang utama kata Barlin, adalah mengubah mental guru terlebih dahulu.
"Kalau saya melihat, banyak guru-guru kita yang sudah merasa hebat dan merasa pintar. Minim sekali guru yang mau belajar lagi. Padahal, tidak ada guru yang super," kata guru SMPN 12 lulusan Master of Education (S2) dan Doctor of Education (S3) di University of Birmingham ini.
Karena merasa hebat inilah, menurut Barlin, timbul perasaan bangga dan sombong. Hal inilah yang membuat mental guru menjadi rendah. 
Saat mengajar di The Sixth Form College, Solihull, United Kingdom, banyak pengalaman berharga yang bisa didapatkan Barlin.
Menurutnya, guru di Indonesia termasuk beruntung karena telah memiliki kurikulum dan tinggal mengembangkannya.
"Saya berteman dengan beberapa profesor dari Inggris, Amerika, Mesir hingga Afganistan. Dan guru di Afganistan itu, harus membuat kurikulum sendiri, membuat materi sendiri dan mengembangkan sendiri. Bayangkan, betapa sulitnya mereka yang tinggal di daerah konflik. Karena itu, kita patut bersyukur," kata Barlin.
Pendidikan yang bisa diadopsi dari luar negeri adalah pentingnya pendidikan karakter. Menurutnya, karakter anak didik akan menentukan masa depan bangsa.
Tidak heran, apabila Barlin setuju dengan program pemerintah yang menggalakkan pendidikan karakter.
"Di luar negeri, salah satunya Inggris, pendidikan karakter yang utama. Karena, kita ini ada dua kurikulum yaitu yang tertulis dan tidak terulis," paparnya.
Kurikulum tertulis, yang dimaksud Barlin adalah kurikulum dari pemerintah. Sementara yang tidak tertulis adalah pendidikan karakter.
"Misalnya, tidak membuang sampah sembarangan hingga prilaku hidup sehat. Itu kan tidak tertulis di kurikulum," tambahnya.
Karena itu, menurut Barlin, sebagai panutan guru harus menjadi contoh.
"Kalau guru meminta siswa disiplin, harus dimulai dari gurunya sendiri. Seperti di tempat saya mengajar di Inggris. Guru, meminta siswa menghemat energi dan guru pun memberikan contoh dengan mengendarai sepeda ke sekolah," pungkas Barlin. (ici)