Total Pageviews

Tuesday, July 28, 2009

Perbedaan sekolah dan kelas (classroom) pada abad 20 dan 21:

20th Century:

- Berbasis waktu.
- Siswa dipersiapkan untuk menghadapi situasi tertentu dalam hidupnya.
- Fokus pada menghafal fakta2 yang sudah dibakukan.
- Kecerdasan (intelligent) bisa diukur/ ditentukan.
- Pelajaran fokus pada pengetahuan, pendalaman dan aplikasi saja.
- Sumber utama belajar: textbook.
- Belajar secara pasif.
- Siswa terisolasi belajar, dibatasi 4 dinding kelas.
- Fokus pada guru: guru sebagai pusat perhatian dan pemberi pengetahuan/ informasi.
- Kebebasan siswa: dari tidak ada hingga sedikit
- Ada masalah disiplin : Guru tidak percaya dengan murid dan sebaliknya. Tidak ada motivasi siswa.
- Kurikulum tersekat2, berdiri sendiri2.
- Hasil belajar dirata2.
- Harapan pada siswa terbatas (Low expectations).
- Sekolah sangat homogen (sama secara kultural).
- Sekolah memiliki batasan2 yang kaku dan jelas.
- Guru satu2nya pemberi nilai siswa. Tidak ada orang lain yang melihat hasil kerja siswa.
- Kurikulum dan sekolah sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan oleh siswa.
- Alat belajar dan penilaian memakai media tercetak.
- Tugas dan fungsi telah dengan jelas ditentukan dan dipilah-pilah.
- Keanekaragaman yang ada pada siswa tidak diperhatikan.
- Aksara (literacy) hanya terbatas pada membaca,menulis dan matematika.
- Sekolah dan guru bekerja secara otonomi.
- Sekolah beroperasi seperti model pabrik.
- Pendidikan siswa bergantung kepada siapa yang menyediakannya.

21st Century:
- Berbasis pada hasil belajar.
- Tujuan akhir pembelajaran siswa sangat dinamis dan berbeda-beda.
- Fokus pada apa yang siswa tahu & dapat lakukan (tidak terlalu men-detail).
- Kecerdasan itu multi-dimensi (multiple intelligence).
- Pelajaran fokus pada sintesa, analisis dan evaluasi (termasuk didalamnya pengetahuan, pendalaman dan aplikasi).
- Sumber utama belajar: riset.
- Belajar secara aktif.
- Siswa belajar ter-kolaborasi dengan siswa di kelasnya dan diluar kelasnya (Global classroom).
- Fokus pada guru: guru sebagai fasilitator/ pelatih.
- Kebebasan siswa: sangat besar.
- Tidak ada masalah disiplin: Guru dan siswa sama saling menghargai sebagai sesama “pelajar”. - Motivasi siswa tinggi.
- Kurikulum terintegrasi dan antar disiplin.
- Hasil belajar berdasarkan apa yang telah dipelajari.
- High expectations. (Semua siswa sukses belajar pada tingkat yg sulit, bahkan beberapa dari mereka lebih dari itu).
- Sekolah (dalam hal budaya dan latar belakang) sangat heterogen.
- Pendidikan sepanjang hayat bagi setiap siswa.
- Penilaian diberikan oleh guru yang bersangkutan, guru yang lain dan pihak luar.
- Kurikulum sesuai dengan minat,pengalaman, bakat siswa dan dunia luar.
- Alat belajar dan penilaian hasil belajar memakai berbagai macam media.
- Tugas dan fungsi tidak ditetapkan secara kaku dan dapat saling mengisi.
- Kurikulum dan perangkat belajar diarahkan untuk mengatasi perbedaan pada siswa.
- Multi aksara (multiple literacies) yang mengakomodir tantangan hidup dan bekerja di zaman globalisasi.
- Sekolah dan guru bekerja dalam network yang kompleks.
- Pendidikan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
- Pendidikan bergantung kepada si pengguna (user).