Total Pageviews

Sunday, July 31, 2011

Pengalaman Sertifikasi Guru di US & Inggris



Tidak hanya di Indonesia, di Negara maju juga ada yang namanya sertifikasi guru. Di AS, untuk mendapatkan sertifikasi guru, guru perlu mengikuti yang namanya Praxis Test. Test yang menguji guru berdasarkan tingkat penguasaan materi pelajaran yang di ampunya, jadi guru Matematika di tes Matematika, guru bahasa Inggris di tes bahasa Inggris. 

Sayangnya ‘sertifikasi guru’ ini hanya dipergunakan untuk tujuan akuntabilitas publik: so, ‘jika tidak lulus, tidak berarti guru tidak dapat mengajar (atau dihentikan mengajar sampai dia lulus tes)’. Tidak ada punishment seperti guru mesti berhenti mengajar, sampai dia mampu membuktikan kalau dia bisa lulus test. Hasilnya, pada bulan November 2004 diseluruh negeri Paman Sam - Amerika Serikat, 25 % atau seperempat guru gagal dalam test. Bahkan di salah satu Negara bagian Philadelphia, 50 % atau setengah guru yang ikut test hasilnya: gagal. Suatu hasil yang cukup menyeramkan tentu bagi Negara yang menjadi banyak panutan di Negara-negara maju dan berkembang lainnya.

Namun para kritikus Negara ini justru menyampaikan bahwa dari hasil guru yang sudah lulus, tidak berarti guru tersebut dapat mengajar kelas atau level apa saja. Artinya, guru SD yang lulus test Praxis tidak serta merta berarti bisa atau diperbolehkan mengajar di SMP, SMA/SMK atau pada level yang lebih tinggi.
Hal ini tentu masuk akal, mengingat untuk menjadi guru yang baik, tentu tidak hanya kompetensi intelligence-nya yang perlu diperhatikan, tapi kompetensi-kompetensi lainnya, seperti pedagogic, social dan prilakunya. Tetapi tentu aspek penguasaan materi secara benar tentu sangat penting untuk membantu siswa sukses dalam belajar. Analoginya, kalo gurunya sendiri nggak bisa mengerjakan perkalian, bagaimana bisa mengajar perkalian kepada siswa, ya khan?

Menyoal Uji Kompetensi Guru di Kalimantan Timur

Pada hari senin tanggal 18 Juli Juni yang lalu, Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim bekerja sama dengan Puspendik Jakarta mengadakan test kompetensi guru se- Kaltim. Koran Tribun Kaltim yang saya baca memberitakan bahwa sekitar 6000 guru (1.111 orang diantaranya berasal dari Samarinda) tingkat SD, SMP, SMA/SMK di 14 kabupaten/kota yang ada di Kaltim mengikuti kegiatan tersebut. Jika ada 50.000 guru yang ada di Kaltim, maka ini berarti 12 % dari total guru turut serta. 

Adapun materi “Ujian” bagi guru Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPS adalah 2 jam test penguasaan materi mata pelajaran, dan 30 menit test kepribadian.  

"Uji kompetensi ini untuk mengetahui kompetensi guru-guru di Kaltim. Setelah diuji, maka akan lebih mudah untuk meningkatkan kompetensi para guru," demikian kata Musyahrim, Kadis Pendidikan Kaltim, yang dikutip oleh Tribun Kaltim.

Besar harapan – baik dari masyarakat maupun dari kalangan guru sendiri - agar kegiatan “Uji Kompetensi” ini benar-benar akan mampu meningkatkan  kualitas para pendidik yang berada di Kaltim. Bukan tanpa tindak lanjut alias sia-sia belaka. Sebenarnya hampir setiap tahun kegiatan semacam Uji Kompetensi ini dilakukan di Kaltim, baik itu dilakukan oleh pemerintah kota, provinsi atau pun pusat, tetapi sangat jarang – jika tidak sama sekali - hasil dari kegiatan tersebut dipublikasi kepada publik, termasuk memberi feedback kepada para guru yang telah mengikutinya.