Total Pageviews

Monday, September 15, 2008

Guru Baru vs Guru Lama


Apa perbedaan antara guru baru dan yang berpengalaman dalam membawa mata pelajaran pada awal pertemuan? Ternyata dari hasil pengamatan saya bertahun-tahun diperoleh hasil berikut:

Pertama pada pertemuan awal dengan para murid guru baru biasanya menghabiskan waktu lebih lama (biasanya 10 – 15 menit pertama-nya) berusaha memperkenalkan dirinya kepada murid – baik itu berbicara tentang asal usulnya atau hal lainnya. Guru lama (begitu disebut agar lebih simple) cenderung lebih sedikit berbicara tentang dirinya. Tetapi guru lama cenderung lebih banyak bicara tentang apa yang akan murid lakukan (expect to find out) dalam pelajarannya. Guru baru melakukan ini karena mereka merasa perlu mendapat respect dari para murid yang baru mereka hadapi ini. Sedang para guru lama (biasanya) merasa sudah mendapat recognition atau sudah percaya diri (PD), maka mereka ingin para murid lebih tertarik pada mata pelajaran daripada berbicara tentang dirinya.

Yang kedua, guru baru biasanya tidak bisa menyelesaikan lesson-nya sesuai timing-nya, atau kalau pun selesai tapi biasanya buru-buru karena dikejar waktu (misalnya memberi kesimpulan secara langsung daripada men-summarise kesimpulan2 yang dibuat oleh murid). Sementara guru lama sangat ketat(rigid ) dengan waktu; mereka mempersiapkan diri lebih baik, bahkan kadang menyetel alarm bagi diri sendiri (5 – 10 mins) agar punya kesempatan menutup pelajaran dengan men-sintesa kesimpulan murid terlebih dahulu kemudian memberi kesimpulan umum.

Ketiga, para guru baru biasanya struggle to control class; misalnya membiarkan siswa ramai bicara sendiri atau para murid bekerja sendiri tanpa di-supervisi. Ini bisa disebabkan karena mereka masih memikirkan dan mengira2 hasil akhir dari suatu kegiatan (diskusi atau praktek) sambil mengajar. Sementara guru lama biasanya sudah punya bayangan dari apa yang telah mereka lakukan sebelumnya, mereka bisa lebih menyetir suasana kelas.

Kebiasaan murid-murid baru adalah mereka menghabiskan banyak waktu untuk saling memperhatikan (pakaian, accessories, gadgets, etc) atau menarik perhatian kawan-kawannya. Sebagian lagi lebih kepada mengagumi (atau sebaliknya), daydream fisik ruangan dan fasilitas yang ada di dalam kelas, dll; sehingga konsentrasi mereka pada guru dan pelajaran biasanya sangat mudah terganggu.

Guru baru sering tidak mengantisipasi hal ini dan membiarkan, sehingga mereka nantinya harus bekerja lebih keras untuk membuat murid focus ke pelajaran kembali. Sementara guru lama yang sudah mengantisipasi ini akan terus menerus mengingatkan dan berusaha dragging student’s attention dari hal-hal seperti ini agar suasana kelas tetap terkontrol. Dengan melakukan hal ini, biasanya guru lama yang menegur satu-satu atau sekelompok siswa secara langsung, biasanya berhasil mempertahankan respects dari muridnya, dan tentu kontrol kelas. Sementara guru baru yang cenderung membiarkan (karena biasanya berusaha to win students’ hearts and minds) hasil sebaliknya yang didapatkan, yaitu murid menjadi kurang respect (menghargai). Mereka kadang-kadang harus berbicara dengan nada tinggi untuk mengontrol kelas yang mulai tak terkendali.

Meskipun guru lama cenderung lebih bisa (relatif) lebih mengontrol kelas dengan cara yang sedikit autocratic, sering mereka kurang memahami kebutuhan murid (seperti daya tangkap dalam pelajaran yang tidak merata) – karena lebih mementingkan kontrol kelas. Tidak heran kadang-kadang murid yang duduk dibelakang, atau dipojok, atau yang malu bertanya sering terlewatkan oleh perhatian guru. Untuk itu perlu dibuat keseimbangan antara mengontrol kelas lebih efektif misalnya dengan berkeliling kelas dan langsung mengecek, tanya jawab daya tangkap siswa secara lisan atau tulisan (jika memungkinkan).
Kecenderungan prilaku guru baru dikelas diatas perlu dipelajari oleh mereka yang baru pertama kalinya mengajar - seperti mahasiswa calon guru - agar masalah-masalah yang mungkin terjadi pada permulaan mengajar dan pertemuan-pertemuan seterusnya bisa diantisipasi dengan baik.

No comments: