Total Pageviews

Sunday, January 03, 2010

Meningkatkan Keterampilan Membaca: Pengalaman dari Russia

Baru-baru ini (tahun 2009), saya membaca kabar bahwa menurut penelitian Internasional, anak2 Russia usia 10 tahun ditempatkan dirangking teratas dalam hal keterampilan membaca. Mereka mengumpulkan 565 poin dalam tes PIRLS (Progress in Internasional Reading Literacy Study) dari

Mengapa anak2 Russia usia 10 tahun terbaik didunia dalam soal membaca? Tampaknya sekolah2 Russia sangat menganggap penting membaca bagi siswa itu, sejak dini mereka menjadikan mata pelajaran ini (Reading/ membaca) terpisah dari pelajaran menulis. Pelajaran membaca ini dapat menjadi 3 atau 4 kali dalam satu minggunya. Selain frekwensinya, mereka juga menekankan pada: membaca yang terstruktur dan lebih intensif. Anak2 kelas 4 SD, misalnya, menurut kurikulum nasional harus menamatkan 3 buku teks yang totalnya berisi 500 halaman cerita2 (pendek) dan puisi. Anak2 juga diharuskan menghapal puisi2 yang lumayan cukup panjang. Tak heran bila anak2 sekolah dasar Russia ini terbaik di dunia dalam soal membaca.

Bagaimana kalau model Russia ini diterapkan disekolah2 kita di Indonesia? Saya hanya bisa membayangkan, mungkin bisa jadi ‘keributan besar’ kalau model kurikulum ini diterapkan disekolah2 kita. Para orang tua bisa-bisa protes keras, bila anak2nya diharuskan menamatkan bacaan seperti Cerita Rakyat ini dan itu. (Maklum anak2 Indonesia sangat dimanjakan orangtuanya, mereka lebih gemar menonton TV dan bermain games daripada membaca buku. Waktu menonton dan bermain pun bisa seharian dilakukan anak, tetapi kalau disuruh membaca 1 halaman saja bisa butuh beberapa hari. Belum lagi apresiasi orang tua yang terkadang yang rendah kalau anaknya belajar membacakan puisi). Belum lagi disekolah, para guru2nya bisa-bisa mogok kerja gara2 kerepotan mengecek kemampuan membaca anak2 (menambah kerjaan aja, bayangkan ada 40 anak dikelas, bagaimana mengontrol kemampuan membaca anak dikelas besar??). Ah, tapi itu khan cuman pikiran negatif saya saja, belum lamunan saya tentu benar khan??

Balik ke negeri Beruang Merah, para guru2 di Russia yakin bila model belajar mereka ini akan dapat mengasah otak, mendorong anak2 untuk mengapresiasi ritme bahasa dan membawa rasa senang dan kebanggaan jika dapat membawakan puisi dengan baik (Kalau dipikir2 sih, benar juga, tapi mengapa buat apa ya?). Disisi lain, ini dapat menjadi jembatan antar generasi, manakala para orang tua langsung mengenali bermacam2 puisi2 (dan cerita) yang biasa mereka baca dan ingat sejak masih kecil. Selain itu, budaya ini juga dapat menumbuhkan keakraban antar generasi, karena para orang tua siswa di rumah pun dapat membantu langsung anaknya membaca atau membaca bersama keluarga. Demikian sedikit cerita dari negeri seberang.

Hm...gimana menurut anda?

2 comments:

tasrin said...

it is very interesting...i think it can adopt in our education well

tasrin said...

hemmm.it is very interesting and we can adopt it in our education,,,
even maybe it is gonna be a little bit hard..yunita