Monday 1 September 2008
Awal ramadhan kali ini yang lebih panjang dari tahun2 sebelumnya. Imsyak jam 4.30 pagi dan buka jam 8 malam. Hari ini di college semua masih melayani pendaftaran siswa baru dan daftar ulang siswa lama. Sejak libur dari 20 Juli – mulai college mulai sibuk lagi sejak pertengahan Agustus. Semua staff terlihat hadir dan sibuk dengan kegiatannya masing2. Para guru mata pelajaran terlihat sibuk mempersiapkan bahan ajarnya masing2, termasuk membuat format absensi & penilaian, lesson plans, bahan pengayaan/ soal atau kuis, aktivitas di dalam dan diluar kelas, dll (dalam files dalam bermacam aplikasi seperti word, excel, power point, dll).
Mereka membuat riset yang sebagian dilakukan dengan mengakses internet (membuat text, gambar, aplikasi, audio & visual aids online) dan pengolahan bahan2 ajar lainnya diambil dari bahan2 yang telah ada didalam college setelah mereka beli hak pakainya. Semua dikerjakan oleh masing2 individu, sesuai tugas dan kewajibannya.
Mereka yang punya tugas tambahan (biasanya staff senior) ada mewawancari calon siswa, menanyakan persyaratan administrasi, mengumpulkan data siswa/ orang tua, (termasuk data kesehatan & disability), serta mengindetifikasi apa kebutuhan dan kelemahan calon siswa terutama mereka yang cacat fisik/emosional/mental dan memerlukan support tambahan.
Siswa juga diminta mengarang dalam waktu beberapa menit yang hasilnya di analisis untuk identifikasi kemampuan bahasa (Inggris) dan kesulitan2 lainnya (e.g. dyslexia, dispraxia, spelling, dll).
Staff administrasi dan staff lainnya juga sibuk, dari mengolah data, menerima dan mengantar keliling college orang tua/wali murid, hingga persiapan kelas dan sekolah. Kepala sekolah pun sibuk turun tangan menyambut siswa, orang tua dan membantu mengorganisasi di lapangan. Justru para wakil kepsek (kurikulum dan resources) yang justru terlihat sibuk hanya di ruangnya sendiri beserta staff. Meskipun sekolah belum mulai officially, kesibukan sangatlah terasa. Tak heran kalo para staff ini sangat menghargai waktu libur mereka – karena beban kerja sudah terukur dan terencana.
Meskipun demikian birokrasi college juga terlihat sangat kental, karena ada saja para staff yang kerjanya agak kurang kelihatan atau hanya menunggu (terutama admin), dikarenakan masalah birokrasi seperti menunggu perintah dan kurang adanya koordinasi/ sinergi antar departemen.
Tuesday 2 September 2008
Masih seperti kemarin, para guru tetap berkutat dengan tugas persiapan bahan mengajarnya. Saat ini belum semua daftar nama siswa yang masuk tersedia, sehingga persiapan masih seputar rencana2 yang akan dibuat, berapa kelas yang mereka punya, berapa siswa per kelasnya, berapa jam mengajar yang akan dimiliki (didalam koridor waktu kerja mereka dalam seminggu – 40 jam/ minggu atau 21 jam untuk yang part timer). Apabila mendadak ada guru yang sakit, pensiun atau pindah saat inilah terjadi perubahan2. Dari yang biasanya mengajar dan bekerja 20 jam/ minggu (part time) menjadi bisa full time dan sebaliknya. Tidak semua puas dengan keputusan akhirnya memang, dan para staff sadar akan hal ini tapi semua tentu berdasarkan kontrak kerja.
Akhir minggu ini rencananya para guru sudah menerima jadwal mengajar sementara. Para guru 'senior' terlihat sibuk mengecek, mengarahkan, membantu para guru baru (tidak harus lebih muda - karena mereka bisa lebih tua dari si 'senior' tapi baru disini) mempersiapkan bahan2 mengajarnya. Tak jarang bahan2 mengajar yang sudah dibuat si guru diutak atik lagi oleh si senior untuk memastikan tidak ada kesalahan atau kekurangan yang terlewatkan. Para guru2 ini biasanya bekerja di staff room yang dilengkapi computer dan akses internet yang terletak sangat sentral dalam college sehingga mudah diakses dari mana2.
Staff personalia sibuk mendata2 para staff baru yang masuk serta mempersiapkan kebutuhan2 mereka seperti lockers, tempat parker, access computer dll. Para staff baru semuanya (tanpa melihat posisi apakah admin, guru, teknisi, dll) mengikuti program induksi wajib bersama2. Para teknisi laboratorium, computer dan hard wares lainnya sibuk dengan persiapan dan pengecekan bahan2 yang akan dipakai. Staff lainnya memeriksa fungsi/memelihara alat2 dan fasilitas sekolah seperti lift, atap, bangunan dll agar benar2 aman saat digunakan.
Yang menarik ada beberapa staff pengajar yang mengungkapkan ketidakpuasan terhadap pemangku manajemen sekolah. Salah satunya adalah seorang guru Matematika dari Mesir yang kebetulan bergelar Master dan dipercaya menjadi koordinator pengajar matematika untuk level intermediate (sejajar kelas 1). Dia telah mengajukan keinginan untuk melanjutkan S3/ doctoral (melalui skema equal opportunities untuk para staff) dan sebelumnya pihak college sudah setuju untuk mendukungnya. Hanya saja setelah mendaftar ternyata oleh universitas diharuskan membayar sekitar £3500 per tahun (sama dengan tuition fee-nya home students). Ternyata terjadi dispute, karena pihak college tidak happy dengan fee sebesar itu (yang harus dibayar oleh college). Padahal si guru sudah mencari kesana kesini jurusan yang diinginkan dan begitu dapat; pihak university juga memberi kelonggaran untuk hanya hadir seminggu sekali tatap muka (artinya tidak terlalu banyak meninggalkan tugas di college).
Kasus kedua, seorang guru senior Biology yang bertanggungjawab terhadap beberapa guru muda dan juga wakil union para guru yang cukup disegani, juga menunjukan ketidakpuasan kepada pihak manajemen, karena merasa banyak permintaan/usulan para staff – yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar, bukan kesejahteraan - yang seharusnya dipenuhi oleh manajemen ternyata tidak diberi.
Penyebab dua kasus ini terjadi sebenarnya adalah masalah ‘kontrol dana’ atau pengeluaran yang sangat ketat oleh manajemen yang dirasakan ‘tidak adil’ atau kurang akurat atau tidak memihak para guru yang dirasakan oleh staff pengajar. Sebagian menyalahkan prioritas college yang dirasakan kurang pas oleh beberapa staff. Misalnya untuk memformulasikan misi (& visi) statement yang baru, pihak manajemen mengeluarkan uang ribuan £ untuk membayar seorang konsultan. Dimata para staff ini hanya buang2 uang karena untuk membuat 1 kalimat sebagai misi sekolah banyak dana yang keluar, sedang mereka tidak dilibatkan dalam formulasinya (konsultasi). Padahal mereka nanti yang harus mensosialisasikan hal ini kepada para siswa.
Sementara itu banyak permintaan dari staff misalnya dana tambahan untuk seperti men-hire staff pengganti bagi staff yang sakit (bisa dengan pengangkatan staff baru atau dari agensi) tidak diberi. Ini tentu saja akanmenjadi tugas dan beban bagi staff lama karena harus mengajar lebih banyak jam dengan gaji tetap dan waktu persiapan yang tentu lebih banyak dari sebelumnya (tambah stress & overloaded work). Ini adalah salah satu suara tuntutan ketidakpuasan staff yang sayangnya tidak terlalu bergema, dan mendapat dukungan dari staff lain (apatis). Ibaratnya banyak para staff yang tiarap atau hanya berani omong dibelakang doang karena banyak usulan2 dari bawah yang membentur dinding birokrasi tanpa kejelasan apa dan mengapa alasan keputusan2 tertentu diambil oleh pihak manajemen. Apakah ini dimungkinkan karena mereka takut tidak diperpanjang kontraknya atau hanya sikap apatis saja? Ini bisa saja bersinergi menjadi satu. Yang jelas terasa adanya resistansi meskipun cenderung masih dibawah permukaan saja.
No comments:
Post a Comment