Tanggal 10 September besok rakyat Kaltim akan memberikan
suara dalam perhelatan akbar Pilkada Gubernur Kaltim. Ketiga pasangan kandidat
calon yang bertarung telah selesai melakukan kampanye yang melelahkan diseluruh
tempat, dan bahkan rakyat bisa langsung melihat acara debat antar kandidat di
televisi (TV One dan Metro TV). Sayangnya dari dua kali penampilan di acara debat
langsung tersebut rakyat dapat melihat
bahwa ketiga pasangan calon Kaltim 1 dan 2 tersebut hanya memiliki visi dan
misi yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Ketiganya juga menawarkan
program-program yang nyaris sama, dibungkus dengan kemasan yang hampir seragam
pula. Tidak ada yang benar-benar punya program yang “berani” tampil beda dan benar-benar
“cerdas” membawa Kaltim yang benar-benar baru. Semua kandidat lebih “memilih”
untuk hanya bermain “aman” dan tak berani keluar dari pakem (out of box) kepatutan
yang ada.
Apa dampak dari banyaknya “kesamaan” atau “kesegaraman”
tersebut ? Tentu saja berdampak dari ‘akan tingginya’ angka golput dalam
Pilkada nanti. Mengapa saya meramalkan bahwa suara Golput akan naik ? Karena
masyarakat pemilih akan merasa bahwa dari ketiga pasangan tersebut tidak ada
yang benar-benar akan berani, yaitu mewakili aspirasi mereka dan dapat memberi
arah navigasi atau arah pembangunan yang benar-benar baru. Ingat bahwa 60 % calon
pemilih dalam Pilkada ini adalah orang-orang berusia muda. Mereka yang muda ini
tentu lebih tertarik dengan calon-calon pemimpin yang benar-benar energik,
berani mengambil resiko dan mau bekerja keras untuk “mewujudkan impian” seperti
mereka. Pemimpin yang aspiratif sekaligus inspiratif serta bisa menjadi ‘role
model’ atau panutan bagi mereka itu justru tidak hadir atau “absen” dalam
kontestansi 2013 ini. Jika tidak ada harapan baru atau new hope yang diperlu
didukung dan dipilih maka akankah hati mereka tergerak untuk memberikan
suaranya ?
Sejarah menunjukan, ketika Barack Obama (2008) dan Jokowi
(2012) maju untuk memenangi kontestansi politik mereka, mereka maju dengan
berhasil mempersonifikasikan diri mereka sebagai “harapan” atau hope bagi para
calon pemilih. Mereka berhasil tampil sebagai Black Swan (angsa hitam) yang
berbeda dari semua pilihan (baca: angsa-angsa putih) yang pada waktu itu ada
(Barack Obama menumbangkan George W Bush yang “haus perang” di Timteng dan
Jokowi mengalahkan Foke yang “gagal” mengatasi kesemerawutan Jakarta). Mereka
juga berhasil membuat para calon pemilih, bahkan yang biasanya golput, untuk
terketuk kembali semangatnya untuk memilih dan berbondong-bondong pergi ke TPS
dan memberikan suaranya. Bagi pemilihnya, Obama dan Jokowi adalah benar-benar
harapan yang didambakan dan dipercaya untuk menerima “wahyu” untuk melakukan
perubahan yang diinginkan oleh rakyat.
Berkaca pada Pilkada Kaltim sebelumnya tahun 2008, jumlah
angka Golput (pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya) mencapai 900 ribuan
atau 42 %, sementara yang menggunakan hak pilihnya “hanya” 1,3 juta orang. Artinya yang pemimpin terpilih saat itu
(memenangkan sekitar 57 % suara yang masuk) sesungguhnya hanyalah di dukung oleh
atau mewakili minoritas rakyat. Minoritas yang memimpin mayoritas itulah hasil
terbaik oleh praktek demokrasi Pilkada tahun 2008 kita yang menghabiskan
puluhan milyar uang rakyat Kaltim tersebut.
Setelah tanggal 10 September nanti kita akan tahu bagaimanakah
“bunyi” suara rakyat Kaltim sebenarnya. Jika jumlah pemilih yang golput
meningkat, maka berarti “hope” benar-benar terkubur. Jika suara Golput
mendekati 40-50 % maka sesungguhnya rakyat Kaltim sedang “menghukum”
partai-partai politik di Kaltim yang telah “gagal”, tidak aspiratif dan egois
dalam menghadirkan calon-calon pemimpin yang benar-benar di inginkan rakyat
Kaltim. Karena sesungguhnya berpartai politik adalah wahana atau alat untuk
mewujudkan harapan-harapan rakyat, bukan sekadar alat untuk berkuasa untuk
memuaskan ego manusia semata.
Saya berharap semoga semua analisis saya diatas salah dan
jumlah golput hanya 10 % alias bisa diabaikan. Dan saya berharap pemimpin
terpilih nanti benar-benar mampu bermetamorfosis menjadi pemimpin harapan baru
Kaltim yang benar-benar merangkul keseluruhan rakyat Kaltim, baik yang memilih
maupun yang tidak mencoblos gambarnya. Saya
berharap tanggal 10 September nanti rakyat Kaltim benar-benar “berpesta
demokrasi” demi mewujudkan perubahan Kaltim yang luar biasa. Semoga !!
Samarinda, 8 September 2013
--
Inilah hasil Pilkada yang saya peroleh pada 11 September
Quick count data masuk 98.33% afi/mukmin 42.49 % (649.437 suara) farid/sofyan 20.78 % (317.611 suara) imdaad/ipong 36.73 % (561.399 suara) Voter Turns Out (pemilih yg menggunakan hak pilih 54.71 % (1.528.449 suara) pemilih yang tidak menggunakan hak pilih 45.29 % 1.265.279 suara) DPT Pilgub Kaltim 2013 : 2.793.729 orang pemilih
http://kaltimpost.co.id/berita/detail/29706/suara-golput-suara-rakyat.html
Dalam hitung cepat pemungutan suara kemarin (10/9), angka golput mencapai 45,29 persen atau sekitar 1,26 juta orang tak memakai hak pilih. Dengan demikian, kenduri demokrasi hanya diikuti 1,52 juta rakyat Kaltim. Dari 1,52 juta suara, sebanyak 42,49 persen atau sekitar 695 ribu orang memilih Faroek-Mukmin, hanya setengah dibanding suara golput.
Di samping itu, angka golput kali ini adalah yang tertinggi dalam rangkaian pemilu selama era reformasi. Sebelumnya, suara golput tertinggi adalah putaran pertama Pilgub 2008 dengan 43,3 persen.
--
Inilah hasil Pilkada yang saya peroleh pada 11 September
Quick count data masuk 98.33% afi/mukmin 42.49 % (649.437 suara) farid/sofyan 20.78 % (317.611 suara) imdaad/ipong 36.73 % (561.399 suara) Voter Turns Out (pemilih yg menggunakan hak pilih 54.71 % (1.528.449 suara) pemilih yang tidak menggunakan hak pilih 45.29 % 1.265.279 suara) DPT Pilgub Kaltim 2013 : 2.793.729 orang pemilih
http://kaltimpost.co.id/berita/detail/29706/suara-golput-suara-rakyat.html
SAMARINDA - Lagi dan lagi, suara golongan putih
(golput) dan kelompok yang tak bisa memberikan suara unggul telak dari
perolehan pasangan calon. Dari perkiraan Lingkaran Survei Indonesia
(LSI), jumlah kelompok abstain mencapai dua kali lipat dari penduduk
yang memilih Awang Faroek Ishak-Mukmin Faisyal.
Dalam hitung cepat pemungutan suara kemarin (10/9), angka golput mencapai 45,29 persen atau sekitar 1,26 juta orang tak memakai hak pilih. Dengan demikian, kenduri demokrasi hanya diikuti 1,52 juta rakyat Kaltim. Dari 1,52 juta suara, sebanyak 42,49 persen atau sekitar 695 ribu orang memilih Faroek-Mukmin, hanya setengah dibanding suara golput.
Di samping itu, angka golput kali ini adalah yang tertinggi dalam rangkaian pemilu selama era reformasi. Sebelumnya, suara golput tertinggi adalah putaran pertama Pilgub 2008 dengan 43,3 persen.